Benhillpos.com | TOBA – Sehubungan dengan terjadinya banjir bandang di Parapat pada Minggu sore, tanggal 16 Maret 2025, dua Lembaga Masyarakat yang ada di Toba bersama tokoh masyarakat, menyatakan sikap, rasa prihatin dan menyerukan beberapa gagasan
Parlin Sianipar yang dikenal sebagai salah seorang Tokoh masyarakat Toba, pegiat sosial dan inisiator berdirinya tiga lembaga yang ada di Toba, menyampaikan keprihatinannya atas terjadinya banjir bandang yang terjadi di Parapat pada Minggu kemarin.
Menurut Parlin, doa bersama yang dilaksanakan di Gereja HKBP Lumban Lobu dan dipimpin oleh Opui Ephorus, harus segera ditindaklanjuti dengan aksi yang lebih nyata dan sifat nya menggerakkan semua elemen masyarakat. Senin (17/3/2025)
“Kalau pun ada rencana mau melakukan acara lanjutan seperti Doa Bersama itu memang bagus, tetapi jauh lebih bagus lagi kalau ada semacam aksi yang melibatkan banyak pihak, tidak hanya diikuti oleh para Rohaniawan, para petinggi gereja, pegiat lingkungan, namun para wakil rakyat baik di tingkat daerah hingga di tingkat pusat perlu diikutsertakan, supaya gaung dan daya tekannya lebih mengena, sehingga segera ditanggapi dan diambil solusinya oleh pemerintah Pusat”. Jelas parlin
Hampir senada dengan Parlin, Ketua Batak Center Toba: Tua Pangaribuan dalam postingannya di face book menyampaikan pandangan bahwa banjir yang terjadi di Parapat, tidak terjadi simultan atau tanpa sebab.: selain karena intensitas hujan yang sangat tinggi, mitigasi bencana juga dinilainya tidak mumpuni, termasuk sistem drainase kota yang kurang baik dan juga karena adanya kegiatan pengelolaan konsesi pembabatan hutan pada dataran tinggi di wilayah Parapat.
Mantan Kadis di salah satu OPD di Pemkab Toba itu juga menjelaskan bahwa Hutan dan bukit di atas Parapat adalah merupakan Daerah Tangkahan Air (DTA) & buffer zone bagi kita Parapat, Girsang Sipanganbolon dan sekitarnya, oleh sebab itu penggundulan hutan pada dataran tinggi kawasan itu, harus dievaluasi dengan cermat.
“Pemerintah, terutama melalui Kemen LH & Kehutanan harus peka dengan kondisi ini. Jika tidak ada upaya perbaikan, saya membayangkan bencana-bencana susulan bahkan lebih dahsyat dan lebih besar akan terjadi” jelas Tua sambil mengingat kan bahwa banjir kemarin adalah peringatan kedua, dan jangan sampai terjadi peringatan ketiga, karena dampaknya akan lebih merugikan bahkan mematikan.
Dari tempat terpisah, Ketua Forum Peduli Pembangunan Toba (FP2T), Syamsir Parlindungan Simanjuntak, juga menyampaikan keprihatinannya atas terjadinya banjir bandang di kawasan wisata Parapat.
Menurut nya, banjir tersebut tidak hanya merusak ratusan rumah warga dimana ada sekitar 55 unit rusak parah, tetapi banjir itu juga menyebabkan sejumlah fasilitas rusak, seperti warung dagangan masyarakat.
“Hujan deras dan cuaca ekstrim bukanlah alasan untuk mentolerir penyebab kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh adanya penebangan pohon secara masif di bagian hulu sungai” terangnya
Akibat perusakan lingkungan dan pembabatan hutan, banjir bandang di daerah hilir semakin parah.
Samsir Parlindungan, menyampaikan rasa prihatin dan berharap semakin banyak pihak yang setuju untuk menolak perusak lingkungan.
“Apapun alasannya, perusak tetap perusak.
Sangat wajar kalau kita menyuarakan: Tolak Perusak Lingkungan dan Tutup Bisnis yang menari di atas penderitaan rakyat” tegas Syamsir. ( DNM )
Keterangan Photo:
Pengurus Batak Center DPD Toba dan Ketua FP2T, saat menjemput Ketum Batak Center Pusat, Bapak SM Tampubolon