Benhillpos.com | TOBA – Sudah 2 tahun, status Toba Caldera UNESCO Global Geopark (TCUGGp), sebagai salah satu situs Dunia, diberi Kartu Kuning (yellow card) oleh UNESCO dan bulan Juli tahun 2025 ini, evaluasi akan kembali dilakukan, untuk menentukan apakah status yellow card itu akan dipulihkan menjadi green card atau justru akan diberikan kartu merah (red card?)
Nasib Toba Caldera sebagai salah satu situs Dunia, tak lama lagi akan ditetapkan. Lalu, upaya apa yang sudah dan akan dilakukan oleh Bupati di 7 Kabupaten itu?
======
Batak Center (BC) Lakukan Upaya.
Sebagai sebuah lembaga kemasyarakatan, meskipun visinya focus dibidang Pendidikan dan Kebudayaan, namun Batak Center, baik Pengurus di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten, khususnya Kabupaten Toba, sudah melakukan upaya semampunya dan sesuai porsinya, terutama sejak Batak Center DPC Sumatera Utara (diketuai oleh Prof. Robert Sibarani), menandatangani kerjasama berupa MoU bersama General Manager TCUGGp Sumut, Azizul Cholis, dimana Batak Center merupakan salah satu stakeholder terkait Caldera Toba.
Menurut bapak S.M Tampubolon, selaku Ketua Umum Batak Center Pusat melalui telpon selulernya pada Jumat (27/6/2025) menjelaskan bahwa peran dan upaya Batak Center untuk membantu memulihkan status Caldera Toba, sudah dilakukan semampunya, namun menurutnya, yang paling berperan mengawal status itu adalah Pemerintah Kabupaten pada tujuh Kabupaten yang ada di kawasan Danau Toba, dimana terdapat 16 Geosite.
” Pihak UNESCO kan berharap agar para stakeholder di 7 Kabupaten melakukan pemberdayakan masyarakat lokal khususnya di 16 titik Geosite, menjaga kebersihan lingkungan dan kelestariannya, memelihara dan memperbaiki prasarana jalan ke lokasi Geosite, sehingga menarik untuk dikunjungi, dan pada akhirnya akan bermuara kepada peningkatan ekonomi masyarakat bahkan peningkatan PAD setempat” Jelas Mantan anggota DPR RI empat Periode tersebut.
Lebih lanjut Tampubolon menghimbau bahwa meskipun waktu penilaian sudah dekat di bulan Juli 2025, namun Beliau berharap agar Pemerintah di 7 Kabupaten dapat melakukan upaya dan langkah nyata disetiap Geosite yang ada, semisal membuat penunjuk arah jalan ke lokasi Geosite, melakukan penataan, membangun infrastruktur, pelebaran jalan seperti misalnya di Meat Toba.
Menurut Tampubolon,.dalam waktu dekat, Pengurus Batak Center Pusat, akan hadir di Toba, rencananya akan membuat sebuah even, lomba melukis untuk pelajar, berlokasi di Meat, Toba.
Hampir senada dengan Ketum Batak Center, salah seorang ‘Think thank’ Batak Center Pusat, yang bermukim di Toba, bapak Parlin Sianipar, dalam wawancara via telepon menjelaskan bahwa Batak Center khusus nya DPD Toba, sudah beberapa kali melakukan gotong royong massal di seputaran kota Balige dengan melibatkan masyarakat, Pemkab/ Lindup, Bank Sampah IAS Toba, para pegiat lingkungan dan anak Lapas Balige, tujuannya sangat jelas membantu pemerintah dibidang kebersihan dan ramah lingkungan dan supaya sampah di sekitar pemukiman tidak terjun bebas ke Danau Toba.
“Terakhir, baru sekitar sebulan lalu kita melakukan gotong royong massal bersama Pemkab Toba, Lindup, Masyarakat dan Bank Sampah IAS TOBA, ada LPA Toba dan ormas lain, tujuannya adalah untuk memenuhi harapan agar lingkungan sekitar dan Danau Toba tidak menjadi tong sampah raksasa. Dan pada rapat kami di Jakarta baru baru ini, saya menyampaikan agar Aksara Batak juga disematkan pada setiap penunjuk jalan di lokasi Geosite” jelas Parlin yang dikenal sebagai sosok pegiat sosial dan pemerhati bidang tindak kekerasan seksual dan KDRT di Toba.
Parlin menjelaskan bahwa kegiatan Batak Center khususnya DPD Toba, selain sudah lama memberikan penghargaan dan beasiswa kepada murid berprestasi, Batak Center Toba juga telah melakukan sosialisasi Budaya, aksara dan bahasa Batak kepada sejumlah sekolah yang ada di Toba.
Ditanya terkait kegiatan Rapat yang dilaksanakan oleh Batak Center Pusat, Ronny Sianipar, salah seorang Pengurus Batak Center Pusat, menjelaskan bahwa hari Jumat yg lalu (27/06-2025), Batak Center mengadakan rapat, membahas status Caldera Toba dan langkah yang masih mungkin dilakukan.
“menjelang bulan Juli 2025 sebagai batas dilakukan evaluasi, agak sulit bagi BATAK Centre untuk melakukan upaya apapun, karena BATAK Centre bukan sebagai eksekutor. Hal yang mungkin dilakukan adalah menyampaikan informasi kepada Pengelola Toba Caldera UNESCO, semisal dokumen dan foto pelaksanaan kegiatan yang menyangkut lingkungan dan pemberdayaan masyarakat Toba, yang selama ini sudah teraksana dan diinisiasi oleh BATAK Centre khususnya DPD Toba. Pemberdayaan masyakarat itu, merupakan poin dan indikator penilaian oleh UNESCO” terang Ronny.
Menurut Ronny, disamping Pemkab, Institusi Gereja seperti HKBP yang ada disekitar Geosite Kaldera Toba, juga harus berupaya keras demi menyelamatkan status Yellow Card ini menjadi green card.
“HKBP juga merupakan salah satu organisasi yang kita nilai mempu bergerak dengan cepat untuk memberikan reaksi nyata atas point point yg diminta oleh UNESCO khususnya point pembedayaan manusia di wilayah Geopark” tutup Ronny, yang berprofesi sebagai Motivator dan praktisi dibidang Kewirausahaan itu. ( ** )
Keterangan Photo : Rapat pengurus Batak Center Pusat, Jumat 27 Juni 2025 (kiri – kanan : SM Tampubolon, Parlin Sianipar, Monang Sirumapea, Freddy Pandiangan, Ronny Sianipar, Joice br Manik)