Benhillpos.com | DAIRI – Warga Protes terkait kawasan hutan di Kecamatan Parbuluan VI, Kabupaten Dairi Sumatera Utara, yang disebabkan kondisi jalan ke perkampungan mereka hancur Karena kegiatan mobil truck pengangkut kayu PT, Gruti yang melintasi Desa.
Pangihutan Sijabat menyampaikan, ada 15 Hingga 20 mobil dam truck per hari melintas mengangkut kayu gelondongan milik PT. GRUTI dan menyebabkan jalan pertanian mereka rusak.
“kalau kondisi hujan anak-anak sekolah pun akan terganggu ke sekolah dan kalau kemarau maka jalan akan berdebu.”Ujarnya Jumat (20/06/2025).
Pangihutan menjelaskan, sekitar pukul 11.00 pagi, dirinya bersama masyarakat lainnya melihat kondisi jalan tersebut yang di penuhi tumpukan kayu glondongan, dan berbagai jenis dan ukuran.
Menurut masyarakat, kayu tersebut baru di potong yang berasal dari tengah hutan, hal itu dibuktikan karena jenisnya berbeda–seperti Sampinur, Mayang, Rahu, Turi-turi, Hoting, Dalung-dalung, Bane, Sakkotan, Haminjon dan jenis kayu lainnya sekitar seribuan batang yang sudah dipotong dilokasi.
Hamongan Sihotang, masyarakat Desa Sileuh-leuh Parsaoran yang juga ikut turun ke lokasi, menjelaskan bahwa daerah yang sudah di rambah PT. GRUTI sudah sampai ke tombak (Hutan) Sileuh-leuh, karena beberapa alat berat juga bekerja di lokasi untuk membuka jalan dan juga disinyalir digunakan untuk mengangkut kayu tersebut ke lokasi penampungan.
Selain kayu gelondongan, masyarakat juga menemukan kayu olahan di lokasi dengan jumlah yang banyak.
“Hampir sekitar 20 ton ada, beda-beda tempatnya ada di beberapa lokasi dengan berbagai jenis ukuran, dan kami menduga kayu itu milik PT. GRUTI karena berada di lokasi yang sedang dibabat oleh PT. GRUTI.”Sebutnya.
Hamongan menjelaskan, pembukaan jalan baru juga masih dilakukan dengan alat berat, agar lebih gampang untuk mengangkut kayu.
“Temuan ini sangat berbeda dari sosialisasi PT. GRUTI beberapa tahun yang lalu, ketika mereka baru datang ke desa tersebut, di mana mereka menyampaikan tidak akan menebang kayu sebatang pun, mereka hadir untuk merestorasi hutan-hutan yang rusak tapi kenyataannya mereka justru menebang dan merambah hutan.”jelasnya.
Menurut masyarakat desa tersebut akibat dari perambahan hutan, debit air yang dikonsumsi di desa sekarang sangat berkurang.
“Dulu sekalipun kemarau berminggu-minggu debit air kami tidak akan berkurang, tapi sekarang kalau lagi kemarau 3 hari saja air sudah mati”, Ucapnya.
Mereka berharap, pemerintah Dairi lebih aktif dan respon terhadap persoalan hadirnya PT. GRUTI ini. Karena potensi kerusakan alam dan bencana alam akan mengancam desa-desa yang masuk ke dalam konsesi PT. GRUTI.
“Belum lagi konflik horizontal antara masyarakat, terutama kemarahan dan kegelisahan masyarakat yang merasa dirugikan dengan kegiatan PT. GRUTI saat ini. Dan kita telah mendengar bahwa Bupati Dairi sangat peduli terhadap lingkungan dengan program penanaman 1 juta pohon, tapi tidak ada gunanya program tersebut jika tombak-tombak (hutan-hutan) di Parbuluan VI dan sekitarnya terus ditebang dan dibabat oleh PT. GRUTI karena tombak (hutan) itu juga bagian dari kawasan tangkapan Danau Toba, Silalahi, Hasinggaan dan Bonan dolok Samosir.”Pungkasnya. ( ** )