Bergabunglah Bersama PHMI…!!! Mari, Para Advokat, Insan Pers, Mahasiswa, Aktivis, Tokoh Masyarakat, Para Dosen, Akademisi, Rapatkan Barisan. Mari Berjuang Bersama…!!!
DAERAH  

Festival Garam Madura 2025 Jadi Simbol Doa dan Ketekunan Leluhur

Oplus_16908288

Benhillpos.com | SUMENEP – Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep berubah menjadi panggung akbar yang memadukan sejarah panjang, budaya luhur, dan pesta rakyat dalam Festival Garam Madura 2025. Bukan sekadar seremoni, festival ini menghadirkan semacam pesta panen raya garam sekaligus perayaan identitas Madura sebagai “Pulau Garam” yang telah dikenal sejak masa kolonial, Minggu, 21/9/2025

Yang membuat festival ini kian dramatis adalah penampilan teatrikal rakyat yang mengisahkan Pangeran Angga Suta, sosok yang diyakini sebagai petani garam pertama di tanah Madura. Kisah perjuangan Angga Suta ditampilkan penuh emosional, mengingatkan publik bahwa butiran garam bukan sekadar komoditas, melainkan jejak peradaban dan simbol ketekunan leluhur Madura.

“Festival Garam ini adalah cara kita merawat sejarah, mengenang asal-usul, sekaligus menghidupkan budaya dan ekonomi rakyat,” ujar Kadisbudporpar Sumenep, Moh. Iksan.

Rangkaian kegiatan berlangsung sejak pagi hingga malam. Dimulai dari jalan-jalan sehat, senam massal, pameran foto, hingga launching “Kampung Garam” yang melibatkan UMKM lokal. Sore harinya digelar lomba Tan Pangantanan yang menampilkan tradisi pernikahan khas Madura, diiringi musik tong-tong yang membakar suasana.

Malam hari, suasana makin haru sekaligus megah. Penampilan Topeng Dalang dengan lakon “Sejarah Nyadhar dan Garam Madura” membuat penonton terhanyut. Siswa SD Karanganyar turut memeriahkan dengan kesenian, lalu ditutup dengan lantunan Macopat Maulid Nabi Muhammad SAW yang menghadirkan nuansa religius.

Bagi masyarakat Madura, garam bukan hanya hasil tambak, melainkan warisan alam dan budaya.

Uniknya kondisi alam Madura dengan musim kemarau panjang, daratan datar, dan kadar garam laut tinggi membuat pulau ini sejak dulu menjadi pusat produksi garam terbesar di Indonesia. Data KKP 2011-2014 bahkan menegaskan, semua kabupaten di Madura memiliki tambak rakyat dengan produksi signifikan.

BACA JUGA :  Harusnya Jadi Teladan, Inspektorat Depok Bungkam Saat PHMI Pertanyakan Uang Harian Tahun 2024 Sebesar 2,9 Miliar

“Melalui festival ini, kami ingin mengembalikan kejayaan garam Madura, mengangkat martabat petani, dan menjaga agar sejarah panjang garam tidak hilang ditelan zaman,” kata Moh . Iksan

Festival Garam Madura 2025 pun menegaskan, bahwa setiap butir garam Madura menyimpan kisah perjuangan, doa, dan kebanggaan. Dari Pangeran Angga Suta hingga petani garam hari ini, Madura tetap berdiri sebagai pulau yang asin, penuh sejarah, sekaligus berkilau budaya.

Sinta, masyarakat Kecamatan Kalianget  berharap, tahun depan acara ini lebih besar lagi dengan melibatkan semua elemen masyarakat.

“Kami berharap Festival Garam tahun depan bisa lebih besar lagi. Bukan hanya menjadi pesta budaya, tapi juga momentum kebersamaan yang melibatkan semua elemen masyarakat, mulai dari petani garam, perusahaan, BUMN, hingga pemerintah daerah. Dengan begitu, festival ini benar-benar mencerminkan kekuatan dan kebanggaan masyarakat garam Madura.” harapnya

Keinginan masyarakat layak menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah. Harapan agar Festival Garam tahun depan digelar lebih besar dengan melibatkan petani, perusahaan garam, BUMN, hingga Pemkab bukan sekadar keinginan pribadi, tetapi refleksi kebutuhan riil.

Festival Garam bukan hanya panggung seni dan budaya, melainkan wadah strategis untuk menyatukan kepentingan rakyat garam yang selama ini sering berjalan sendiri-sendiri. Jika aspirasi itu diabaikan, momentum emas ini bisa kehilangan makna besarnya.

Justru melalui kolaborasi lintas elemen yakni petani sebagai tulang punggung, perusahaan garam sebagai penggerak industri, BUMN sebagai penopang distribusi, dan Pemkab sebagai pengatur kebijakan, Festival Garam dapat melesat menjadi ikon kebanggaan nasional, bukan sekedar tontonan tahunan.

Dengan begitu, suara masyarakat bukan sekedar harapan, melainkan alarm bahwa saatnya semua pihak turun tangan, agar kejayaan garam Madura tak hanya dikenang dalam sejarah, tetapi kembali hidup di masa depan. ( Red )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!
Verified by MonsterInsights